SHINTO
Shinto (Shintō diserap dari bahasa mandarin
menjadi shin dan tou yang bermakna “jalan/jalur dewa”) merupakan agama resmi
yang berasal dari Jepang. Shinto merupakan penyembahan kepada kammi (dewa, roh
alam, atau sekedar kehadiran spiritual). kammi merupakan benda-benda dan proses
alam, misalnya Amaterasu, sang dewa matahari.
Ajaran Shinto sendiri mengacu pada kepercayaan konfusianisme di China. System kepercayaan yang dianut agama ini animisme karena mempercayai banyak dewa. Shinto melakukan penyembahan pada arwah leluhur/ nenek moyang.
Walau demikian, kami yang paling banyak disembah umat Shinto adalah dewa matahari Amaterasu. Karena itu ajaran agama Shinto pun memuja kaisar Jepang yang dianggap keturunan Amaterasu. Berbeda dengan agama lain, dalam agama Shinto tidak ada ajaran yang pasti, tidak ada tempat ibadah khusus, tidak ada dewa yang benar-benar dianggap paling suci, dan tidak cara khusus untuk menyembah kammi.
Setelah Perang Dunia II, Shinto kehilangan statusnya sebagai agama resmi sebagian ajaran dan kegiatan Shinto yang sebelumnya dianggap penting pada masa perang ditinggalkan dan tidak lagi diajarkan. Kemudian setelah masuklah agama Budha sekitar abad ke-5. Ajaran agama Budha di Jepang mempercayai dewa matahari atau dikenal dengan nama Amaterasu sebagai dewa tertinggi yang dianggap sebagai penjelmaan Budha Daichi Nyorai. Agama Budha di Jepang yang paling terkenal adalah ajaran Budha Zen yang diserap dari China. Sama seperti agama Budha di seluruh dunia, kitab suci agama Budha di Jepang adalah tripitaka dan tempat ibadahnya adalah kuil. kuil-kuil Shinto mulai dibangun sebagai rumah bagi para kami secara permanent (shaden).
Ajaran Shinto sendiri mengacu pada kepercayaan konfusianisme di China. System kepercayaan yang dianut agama ini animisme karena mempercayai banyak dewa. Shinto melakukan penyembahan pada arwah leluhur/ nenek moyang.
Walau demikian, kami yang paling banyak disembah umat Shinto adalah dewa matahari Amaterasu. Karena itu ajaran agama Shinto pun memuja kaisar Jepang yang dianggap keturunan Amaterasu. Berbeda dengan agama lain, dalam agama Shinto tidak ada ajaran yang pasti, tidak ada tempat ibadah khusus, tidak ada dewa yang benar-benar dianggap paling suci, dan tidak cara khusus untuk menyembah kammi.
Setelah Perang Dunia II, Shinto kehilangan statusnya sebagai agama resmi sebagian ajaran dan kegiatan Shinto yang sebelumnya dianggap penting pada masa perang ditinggalkan dan tidak lagi diajarkan. Kemudian setelah masuklah agama Budha sekitar abad ke-5. Ajaran agama Budha di Jepang mempercayai dewa matahari atau dikenal dengan nama Amaterasu sebagai dewa tertinggi yang dianggap sebagai penjelmaan Budha Daichi Nyorai. Agama Budha di Jepang yang paling terkenal adalah ajaran Budha Zen yang diserap dari China. Sama seperti agama Budha di seluruh dunia, kitab suci agama Budha di Jepang adalah tripitaka dan tempat ibadahnya adalah kuil. kuil-kuil Shinto mulai dibangun sebagai rumah bagi para kami secara permanent (shaden).
Penganut agama di Jepang menurut Kementerian
Pendidikan Jepang. Shinto sekitar 107 juta orang, agama Buddha sekitar 89 juta orang, Kristen dan Katolik sekitar 3 juta orang, serta agama lain-lain
sekitar 10 juta orang (total seluruh penganut agama: 290 juta orang). Total
penganut agama di Jepang hampir dua kali lipat dari total penduduk Jepang.
Penganut agama Shinto dan Buddha dalam berbagai sekte saja sudah mencapai 200
juta. Total penganut agama di Jepang melebihi jumlah penduduk disebabkan cara
pengumpulan data dan tradisi beragama orang Jepang.
berbagai gerakan keagamaan populer, yang biasa
dikelompokkan dengan nama "Agama-agama Baru" (Shinshūkyō).
Agama-agama ini memiliki unsur-unsur Shinto, Buddha, dan takhayul lokal, dan
sebagian telah berkembang untuk memenuhi kebutuhan sosial kelompok-kelompok
masyarakat. Salah satu yang terkenal adalah Sokka Gakkai, suatu aliran Buddha
yang didirikan pada tahun 1930 dan memiliki moto kedamaian, budaya, dan
pendidikan.
Agama-agama baru lainnya, antara lain adalah Aum
Shinrikyo, Gedatsu-kai, Kiriyama Mikkyo, Kofuku no Kagaku, Konkokyo, Oomoto,
Laboratorium Gelombang-Pana, PL Kyodan, Seicho no Ie, Sekai Mahikari Bunmei
Kyodan, Sekai kyūsei kyō, Shinreikyo, Sukyo Mahikari, Tenrikyo, dan Zenrinkyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar